Perkembangan Fintech di Indonesia – Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tren positif dalam perkembangan teknologi finansial atau yang kita kenal juga dengan sebutan fintech. Saat ini banyak orang yang sudah mulai beralih pada teknologi finansial yang lebih maju. Teknologi finansial inilah yang akan memberikan kemudahan dalam proses transaksi kedepannya.
Dikutip langsung dari data Darmin Nasution selaku Menteri Perekonomian mengungkapkan bahwa di antara banyak teknologi finansial yang beredar maka ada satu teknologi yang berkembang cukup masif. Teknologi tersebut ialah perkembangan P2P Mending atau Peer to peer mending. P2P Lending merupakan salah satu konsep jenis fintech yang alami peningkatan cukup serius dan signifikan. Ini apabila kita bandingkan dengan beberapa jenis Financial Technology yang lainnya. Karena kita tahu di Indonesia sendiri yang juga berkembang cukup pesat antaranya payment, manajemen kekayaan dan masih banyak lagi.
Dunia fintech di Indonesia tidak luput dari berbagai tantangan dalam hal perkembangannya dalam industri finansial di tanah air. Misalnya saja tantangan dalam hal penyalahgunaan data pribadi yang sering kali jadi momok dalam dunia fintech. Satu hal lagi yang perlu digaris bawahi adalah permasalahan money loundering alias pencucian uang yang kerap kali terjadi.
Nah, di Indonesia sendiri, perkembangan fintech tak lepas dari sejarahnya. Sangat menarik membahas tentang sejarah dari Fintech ini. Nah bagaimana perkembangannya, yuk simak penjelasan di bawah ini.
Sejarah Perkembangan Fintech di Indonesia
Sejarah perkembangan Fintech di Indonesia bermula saat munculnya jaringan internet pada tahun 1960 sampai 1970. Dari situlah kemudian membuka peluang pengembangan dalam berbagai bidang. Misalnya saja dalam bidang finansial. Sampai akhirnya di tahun 1980 sudah banyak bank yang ada di dunia yang menggunakan sistem pencatatan data via komputer. Dari sanalah bermula munculnya teknologi finansial yang lebih lanjut.
Perkembangannya berlanjut sampai dengan tahun 1982, fintech terus maju dengan perkembangan e-Trade . Atas perkembangan e-Trade ini maka sekarang sistem perbankan boleh dijalankan secara elektronik oleh para investor. Sampai akhirnya di tahun 1990 hadirlah perkembangan internet yang sangat pesat. Apalagi ditambah dengan kemunculan beberapa saham secara online. Hal ini sangat memudahkan para calon investor dalam hal penanaman modal.
Perkembangan fintech kemudian berlanjut pada tahun 1988. Pada saat itu dunia perbankan di dunia sudah mulai mengenal fitur online banking kepada para nasabahnya. Dari situlah kemudian segala bentuk transaksi jadi jauh lebih mudah dan praktis. Tentu saja layanan finansial akan jauh lebih efisien atas penggunaan teknologi dan software ini.
Terkadang banyak orang yang berasumsi bahwa dengan keberadaan fintech ini maka akan jadi dampak yang buruk bagi bank konvensional. Keberadaan bank sekarang ini sudah bisa diakses secara daring tanpa harus bersusah payah menginjakkan kaki ke kantor bank pada umumnya. Nah, apakah benar demikian jika fintech mengancam bank konvensional?
Dampak Perkembangan Fintech di Indonesia Bank Konvensional
Secara fungsional, baik bank konvensional maupun fintech sebenarnya memiliki fungsi yang sama. Kedua perbankan tersebut berfungsi semata-mata hanya untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi finansial. Khusus untuk sistem Fintech Lending seperti halnya P2P ini banyak dikhawatirkan keberadaannya sebagai pesan dari keberadaan Bank konvensional? Hal ini karena seseorang tidak lagi harus pergi ke bank konvensional hanya untuk melakukan transaksi.
Keberadaan P2P Lending ini memang banyak dimintai oleh para nasabah. Mereka biasanya memanfaatkan sistem ini untuk melakukan peminjaman dana ataupun untuk mengembangkan keuangan yang dimilikinya. Dalam sistem Peer to peer Lending ini juga menyediakan alternatif berupa pengembangan usaha untuk para Usaha Kecil Menengah. Inilah yang menjadikan P2P Lending sebagai alternatif yang baru dibandingkan dengan perbankan pada umumnya.
Pokok persoalan yang membahas tentang persaingan antara P2P Lending dengan Bank yang semakin gencar ternyata tidak sepenuhnya benar. Mereka tidak benar-benar saling sikut karena kedua sistem finansial tersebut sama-sama memiliki tujuan untuk mencapai inklusi keuangan.
Laporan yang disampaikan oleh AFPI atau Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia mengungkapkan bahwasanya saat ini kredit UKM yang ada di tanah air membutuhkan suntikan dana kredit sebesar Rp1600 triliun rupiah setiap tahunnya. Akan tetapi, di perbankan sendiri hanya bisa memenuhi sekitar Rp600 triliun rupiah saja. Tentu saja masih ada kekurangan Rp1000 triliun dana yang belum disiapkan oleh Bank.
Baca Juga : Cara Mengatur Keuangan Sederhana
Dari sinilah kemudian peran dari perkembangan fintech bisa menjadi sebuah solusi atas permasalahan ini. Dengan adanya fintech P2P Lending ini maka bisa memberikan gap yang bisa dengan mudah dikendalikan. Platform dari fintech P2P Lending juga memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah dengan menggenjot modal.
Tentu saja dengan perkembangan UMKM di tanah air maka akan membawa dampak pada sistem tatanan ekonomi nasional. Nah dari sini kita bisa lihat efek domino dari adanya fintech yang berkembang dengan baik maka akan membawa dampak yang baik pula untuk perekonomian bangsa. Dengan sistem P2P Lending ini maka akan memudahkan mereka dalam meningkatkan usaha dengan cara peminjaman dan juga pengembangan modal yang dimilikinya.
Fintech Adalah Jawaban
Perkembangan dari Financial Technology ini ditandai juga dengan penyaluran pinjaman fintech Lending yang sampai menembus angka Rp33,2 triliun rupiah pada bulan Mei tahun 2019 lalu. Atas gencarnya Financial Technology tentu saja akan banyak tantangan yang dihadapi. Sang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan jika pihak pemerintah dan juga otoritas terkait akan mengantisipasi tantangan dari perkembangan teknologi finansial ini.
Baca Juga : Apa itu Defi Kripto
Ungkap beliau dalam suatu kesempatan bahwa tantangan dari dunia perkembangan dunia fintech di Indonesia ini dimulai dari mitigasi yang kemungkinan besar akan memberikan dampak negatif pada penyalahgunaan data pribadi dan juga tindakan pencucian uang. Namun ternyata tantangan lainnya yang kerap muncul adalah fenomena winner takes all yang juga sudah mulai terlihat dalam perkembangan electronic commerce. Maksudnya adalah dalam dunia e-commerce ini, bagi yang memiliki banyak modal maka mereka akan mudah menguasai dan memonopoli pasar.
Sangat penting untuk pemerintah dalam mendukung pertumbuhan Financial Technology yang ada di Indonesia. Salah satunya yang sangat penting adalah untuk menyeimbangkan mitigasi risiko. Pemerintah juga disarankan untuk membuka ruang inovasi. Satu hal yang penting adalah bentuk pemahaman terhadap adanya lanskap, ekosistem dan juga hadirnya dinamika industri yang kian gencar.
Ini sangat penting karena bagaimanapun juga, inklusi yang ditimbulkan dari Fintech harus lebih baik dibandingkan dengan perbankan konvensional. Untuk itu, dalam hal pengoptimalan potensi inovasi layanan keuangan yang berbasis teknologi, harus ada beberapa isu yang harus terselesaikan. Nah salah satu isu tersebut merupakan fintech. Fintech sendiri terbukti dalam mendorong tercapainya inklusi keuangan yang jauh lebih baik lagi. Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan adanya manajemen risiko lewat model regulatory sand box. Selanjutnya ada kehadiran sistem perlindungan konsumen yang kuat. Begitu juga dengan adanya ekosistem digital yang perlu ditingkatkan lagi.
Pada akhirnya, Perkembangan Fintech di Indonesia merupakan suatu jawaban revolusi yang ditunjukkan oleh zaman. Semakin majunya suatu era maka segala tatanan kehidupan akan berubah salah satunya dari teknologi finansial. Fintech menjawab semua perubahan tersebut. Perkembangannya memberikan dampak yang baik bagi ekonomi Indonesia.