Keberadaan bitcoin memang menimbulkan banyak kontroversi. Bahkan kita pernah ada di suatu masa dimana menganggap Bitcoin sebagai suatu hal yang dianggap negatif. Bitcoin memang memiliki stigma sebagai pembayaran di pasar gelap meskipun hal tersebut agaknya tidak benar. Nah ternyata kontroversi dari Bitcoin tidak hanya sebatas hal itu. Ada beberapa hal lain yang membuat Bitcoin sangat kontroversial.

Jika kita tarik pengertiannya, maka Bitcoin adalah koin yang mengadopsi teknologi kripto paling wahid dari berbagai jenisnya yang sudah beredar. Jenis transaksi yang dilakukan oleh sistemnya adalah peer to peer dan juga terdesentralisasi.
Pada awalnya, Bitcoin diproyeksikan dan dirancang sebagai bentuk alternatif untuk memperoleh sistem transaksi yang aman serta memiliki anonim atau tidak diketahui siapa pemiliknya. Bitcoin juga dibentuk di luar kendali dari sebuah otoritas atau pihak ketiga yang lainnya. Meskipun penyistemannya sudah begitu apik tetapi nyatanya teknologi yang diusung oleh koin ini belum begitu mengalami kesuksesan pada tahun-tahun awal pembuatannya.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu ternyata Bitcoin telah alami kenaikan yang sangat signifikan. Bahkan harganya sekarang ini sudah mencapai dua puluh ribu dolar. Kesuksesan besar ini tentu saja didapatkan lewat kinerja yang konsiten. Sampai akhirnya mata uang kripto ini bisa menunjukkan sebuah keunggulan yang sangat baik bahkan di atas keberadaan uang fiat sendiri. Saat ini, Bitcoin diadopsi secara luas oleh masyarakat dan lembaga keuangan yang berada pada suatu negara. Namun jangan salah, meskipun sudah dianggap legal akan ada banyak kontroversi dari Bitcoin yang masih berada. Nah, apa saja sih? Yuk simak.

Kontroversi Penggunaan Bitcoin pada Jaringan Gelap
Sebelumnya, ketika Bitcoin diciptakan secara anonim banyak orang yang menganggap bahwa metode pembayaran ini adalah suatu hal yang buruk. Anggapan mereka bahwa Bitcoin merupakan alat transaksi yang hanya bisa dipakai pada pasar gelap serta ilegal misalnya dalam pembelian narkoba, pencucian uang, mendanai teroris dan masih banyak lagi anggapan buruk yang beredar.
Bahkan, pada awalnya Bitcoin diklaim sebagai metode pembayaran yang paling disukai pada situs dark web serta pasar online yang mengurusi obat-obatan terlarang. Ini adalah efek domino dari sisi anonimitas Bitcoin yang bisa membuat para pelaku kejahatan jadi lebih diuntungkan.
Sampai tahun 2013, ternyata Bitcoin memang banyak digunakan oleh para pengedar narkoba. Bahkan para pelaku aktivitas ilegal lainnya juga melakukan hal ini. Namun setelah adanya sebuah studi yang menyebutkan bahwa Bitcoin tidak seperti itu maka perlahan koin yang satu ini terhapus stigma negatifnya. Studi yang dilakukan pada akhir tahun 2013 membuat Bitcoin tidak hanya digunakan sebagai metode transaksi jarang-jarang terlarang. Sejak itulah membuat Bitcoin banyak digunakan oleh kalangan masyarakat secara umum.
Kontroversi Peretasan Serta Mt Gox yang Bangkrut
Salah satu bursa Bitcoin yang terkemuka, Mt Gox akhirnya harus terpaksa ditutup pada awal tahun 2014. Alasannya adalah adanya rangkaian peretasan yang membuat Bitcoin pada Jaringan bursa tersebut lenyap. Kasus kontroversi dari Bitcoin ini bermula pada saat peretas diduga telah memanipulasi harga dari Bitcoin. Dimana ini mengakibatkan harga Bitcoin jadi anjlok sampai akhirnya dijual dengan nilai yang sangat kecil yaitu satu sen saja.
Pada awalnya tahun 2013, bursa Mt Gox sempat alami offline walaupun traffic dari perusahaan tersebut lumayan tinggi dari keberadaan liputan media yang positif. Sampai pada akhir tahun 2013, Trade Hill yang merupakan bursa populer setelah Mt Gox harus mengakhiri operasinya secara tiba-tiba. Hal tersebut yang membuat minat dari Investor jadi turun. Barulah setelah itu sinyal tentang keredupan Bitcoin di bulan Februari 2014 mulai terlihat. Mt Gox akhirnya diretas yang membuat 850 ribu Bitcoin di sana tercuri. Usaha dari Mt Gox akhirnya membuahkan hasil meskipun hanya menyelamatkan 200 ribu Bitcoin saja. Akan tetapi, kepercayaan investor lambat laun semakin merosot. Penyebabnya adalah bursa pasar mata uang kripto ini menyatakan kebangkrutan dan akhirnya memulai proses likuidasi.
Saat itu, banyak pihak yang sudah meramalkan bahwa Bitcoin sudah tamat. Ternyata yang terjadi di luar dugaan. Tiga setengah tahun selanjutnya, tiba-tiba nama Bitcoin menjadi melesat tajam, populer dan banyak dipakai. Sampai akhirnya pada tahun 2017 di bulan Juni, orang-orang mulai mengetahui bahwa Bitcoin merupakan mata uang yang dijadikan sebagai alternatif mata uang fiat. Bahkan ternyata peretasan yang ada pada bursa pasar kripto Mt Gox sama sekali tidak berhubungan dengan lemahnya jaringan keamanan yang ada di jaringan Bitcoin itu sendiri.
Kontroversi Pada Sistem Desentralisasi
Pada awalnya, pemerintah yang ada di seluruh dunia memanipulasi ekonomi negaranya dengan kebijakan fiskal dan juga moneter mereka. Pada saat itu bank sentral banyak yang memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan tentang banyaknya uang yang harus dicetak dan dikeluarkan. Jumlah tersebut akan disesuaikan dengan keadaan ekonomi suatu negara. Oleh karenanya, pihak lembaga eksternal bisa menentukan nilai uang. Nah apabila ada kesalahan perhitungan maka hal tersebut akan mengakibatkan kekacauan besar yang akhirnya mengakibatkan resesi.
Nah, sebagai jawaban untuk sentralisasi sistem moneter, Bitcoin menjawabnya. Ini karena Bitcoin bisa menghilangkan ketergantungan penerbitan dan juga sirkulasi perputaran uang dari otoritas yang terpusat. Ini yang tidak disukai oleh pemerintah. Penyebabnya adalah karena mereka bisa kehilangan kendalinya atas mata uang apabila orang-orang mulai mengadopsi Bitcoin.
Hal tersebut agaknya mulai diwaspadai meskipun sebenarnya Bitcoin belum dipandang sebagai suatu ancaman yang signifikan atas uang fiat tetapi dari pihak pemerintah sendiri tetap mewaspadai adopsi Bitcoin yang makin merajalela. Sampai akhirnya beberapa negara banyak yang menekan penggunaan mata uang kripto yang satu ini.
Kabarnya, baru-baru ini negara China telah melakukan pelarangan terhadap semua bursa pasar Bitcoin. Bahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan transaksi mata uang kripto ini pun dilarang. Atas keputusan ini, membuat beberapa bursa pasar mata uang harus pindah lokasi kantor pusatnya ke negara yang lain. Namun dibalik kekacauan tersebut tidak ada pihak yang ikut campur terhadap otoritas di setiap transaksi karena sifatnya yang anonim dan peer to peer.
Enkripsi dari Bitcoin ini secara efektif telah menggagalkan upaya pengawasan pemerintah yang memata-matai cara kerja uang kripto . Satu hal yang unik adalah beberapa negara lain justru melakukan perumusan kripto secara tertutup walaupun masih terpusat dan tidak anonim. Misalnya saja negara Rusia.
Kontroversi Status Hukum di Bitcoin
Beberapa negara memang mengakui Bitcoin sebagai mata uang virtual yang bebas pajak. Misalnya Rusia, Inggris, dan Uni Eropa lainnya yang menganggap hal ini benar. Sementara beberapa negara seperti Israel dan Amerika tetap memperlakukan Bitcoin sebagai komoditas yang dikenal pajak. Di negara India dan China, Bitcoin belum diakui sebagai bentuk mata uang atau komoditas. Di kedua negara tersebut status hukumnya masih tidak jelas.
Sebelumnya pihak China dan India telah mengungkapkan bahwa warga negaranya bebas berurusan dengan Bitcoin dan mata uang kripto yang lainnya. Sampai akhirnya baru-baru ini kedua negara tersebut sudah mengeluarkan pernyataan resminya yang melarang pasar Bitcoin. Di belahan negara yang lain seperti jepang telah berhasil mengeluarkan RUU yang menyatakan bahwa Bitcoin merupakan sebuah alat pembayaran yang sah. Posisi Jepang membuat keberadaannya menggantikan China sebagai negara yang ramah terhadap mata uang kripto.
Sejauh ini, status hukum dari Bitcoin memang belum jelas. Masih ada banyak keraguan yang berkenaan dengan pemanfaatan Bitcoin dari para penarik pajak. Meskipun begitu ada cara untuk mengatasi hal tersebut. Diungkapkan bahwa kepemilikan Bitcoin bisa saja diwajibkan. Hal ini semata-mata adalah untuk membuat identitas dari si penghindar pajak bisa terungkap.
Kontroversi Fork dan Blockchain Baru
Fork adalah percabangan dari Bitcoin uang membuatnya jadi dua kripto yang berbeda. Pada hakikatnya, cabang Blockchain terbagi menjadi dua bagian, ini karena kemungkinan besar adanya source code dari Bitcoin yang sudah diotak-atik demi meningkatkan kinerjanya. Ada juga yang berasumsi bahwa hal ini datang secara tidak sengaja.
Sampai akhirnya di tahun 2013, ada sebuah Fork yang muncul karena adanya sebuah perbedaan dua versi software dari penambangan Bitcoin. Sang pengguna banyaknya diimbau untuk melakukan penurunan atau downgrade atas software yang digunakannya. Sampai akhirnya di Bulan Agustus tahun 2017 silam, ditemukan Bitcoin Cash yang merupakan versi dimana memungkinkan transaksi yang lebih cepat dari Bitcoin. Meskipun begitu nilai dari Bitcoin tidak akan berpengaruh setelah dilakukan Fork.